Welcome...

..Welcome to Hanna Sjafarina's Blog..
..Hope u Like it..

Kamis, 19 Mei 2011

Love is Difficult Part 3


“Kak, aku mau pulang aja. Anterin aku pulang.” Pinta Fira kepada Nathan. Fira butuh waktu untuk mencerna semua yang terjadi sekarang. Fira memang menanti – nanti saat berdua bersama Nathan. Tapi bukan dalam keadaan seperti ini.
Sesampainya dirumah, Fira langsung menuju ke kamarnya. Mamanya heran sekali melihat kelakuan anaknya. Tidak biasanya Fira seperti ini.
“Fira, kamu kenapa? Ada masalah? Mama boleh masuk?” tanya Mama Fira khawatir.
“Boleh, Ma. Masuk aja.” Kata Fira seraya membukakan pintu untuk Mamanya.
“Kok kamu nangis? Ada apa?”
“Engga ada apa – apa, Ma.” Fira berbohong pada Mamanya, karena dia bingung mau cerita darimana. Biasanya Fira selalu menceritakan semua masalahnya ke Mama, dan Mama selalu memberikan solusi yang terbaik untuk anak semata wayangnya itu.
“Yaudah kalo kamu belum mau cerita sekarang. Mama ngerti kok. Sekarang kamu mandi, terus kita makan malam bareng ya. Kebetulan Mama tadi beli nasi padang kesukaan kamu.” Kata Mama Fira sambil beranjak dari kamar Fira.
“Oke, Ma.” Jawab Fira.
-.-
Nada dering Taylor Swift Back to December terdengar, tanda pesan masuk. Fira terbangun dari tidurnya. Dibacanya pesan tanpa nama pengirim tersebut. Fira berharap pesan itu dari Stevan.

Cepetan bangun!! Aku jemput kamu!!! Gak boleh nolak!!

Nathan.

“Haaah?? Nathan?? Waduuuhh.. Gimana niih.. Aku belum siap ketemu sama dia setelah kejadian kemaren.” Kata Fira kaget. Sebenarnya Fira senang karena dijemput oleh Nathan. Tapi Fira juga takut kalau Nathan mengatakan hal yang membuat dia bingung seperti kemarin. ‘Hhh.. Nathan.. Nathan.. Kenapa sih kamu baru bilang sekarang, coba aja dari dulu kamu bilang suka sama aku. Pasti aku terima deh tanpa pikir panjang. Ini aku lagi ada masalah sama Stevan, kamu datang.’ Batin Fira. Fira pun beranjak dari tempat tidurnya dan langsung menuju ke kamar mandi. Selesai mandi, Fira mengenakan seragam sekolahnya. Setelah beres, Fira bergegas turun untuk sarapan pagi bersama Papa dan Mama.
Ternyata Papa dan Mama sudah menunggu di ruang makan.
“Eh, itu Fira. Fira sini sarapan dulu.” Kata Mama yang sedang mengoleskan mentega pada roti.
“Pagi, Ma, Pa.” Sapa Fira sambil mencium pipi kedua orangtuanya.
Nada dering Taylor Swift mengagetkan Fira. ‘Nathan’
 Cepetan kluar.

“Hmm.. Ma, Pa, Fira duluan yaa.. Temen Fira udah nungguin di depan. Daa, Ma, Pa. Fira berangkat sekolah dulu yaa.” Pamit Fira.
“Hati – hati, sayang.”

Di depan rumah, Nathan telah menunggu Fira. Tidak seperti biasanya, hari ini Nathan memakai mobil BMW Z4 Coupe nya.
“Lama banget sih keluarnya. Capek tau nunggu disini sendirian.” Kata Nathan kesal.
“Yee.. Yang nyuruh kakak jemput aku siapa? Koq jadi marahin aku.” Jawab Fira tak kalah ketusnya. Tapi Nathan malah tersenyum mendengar kata – kata Fira.
“Yadeeh.. Cepet masuk, ntar kita telat.” Kata Nathan sambil memebukakan pintu mobil untuk Fira.
“Makasih.”

Sesampainya di sekolah, Stevan melihat Fira turun dari mobil. Betapa terkejutnya Stevan setelah mengetahui siapa yang berada di samping Fira sekarang. Hatinya seperti terhantam batu yang sangat besar. Sakit sekali rasanya.
‘Ada apa ini? Bukankah memang seharusnya seperti itu. Fira terlihat bahagia sekali. Seharusnya gue ikut senang. Gue juga kan sekarang udah punya Arin. Itu kan yang gue mau.’ Stevan berusaha menyangkal semua perasaan yang bergejolak di hatinya. Tapi setiap dia menyangkali perasaannya, semakin sakit pula hatinya.
Dengan penuh keberanian, akhirnya Stevan menyapa Fira.
“Hei, Fir. Lo tadi bareng siapa ke sekolah?” yang ditanya diam saja, seolah – olah tidak mendengar pertanyaan Stevan.
“Fir, lo marah sama gue? Maaf deh kalo gue kemaren marah – marah sama lo.” Fira masih diam seribu bahasa.
“Fir, maafin gue yaa.. Please,, Forgive me..” tidak tahan mendengar ucapan Stevan, akhirnya Fira angkat bicara.
“Ooh, gitu yaa.. Mudah banget lo minta maaf ke gue setelah lo memperlakukan gue kaya kemaren. Gak segampang itu, Stev. Seenaknya aja lo minta maaf ke gue setelah lo marah – marahin gue di depan Arin. Apa sih yang ada dipikiran lo? TEGA yaa lo gituin gue. Inget gak lo sama apa yang udah lo lakuin ke gue kemaren? INGET GAK?!?” Bentak Fira seray meninggalkan Stevan yang masih terpaku mendengar ucapan Fira.
‘Lo gak akan ngerti, Fir.’

Drrtt... Drrtt.. Hp Stevan bergetar.

From : Arin
To : Stevan
Van, hr ni antrn q k mall yaa..
Ad yg mw q bli nih..

“Aah, Arin ternyata. Perasaan dulu Fira gak perah nyuruh – nyuruh aku.” Kesal Stevan.
Sepulang sekolah Stevan mengantar Arin ke Mall. Stevan terlihat murung selama di perjalanan. Arin pun terlihat bosan dengan suasana seperti ini. Kaku. Ini bukan Stevan yang akan melakukan apa saja agar dapat selalu berada di dekat Arin. Ini bukan Stevan yang dia kenal selama ini. Karena tidak tahan, akhirnya Arin angkat bicara.
“Van, sebenerrnya kamu ikhlas gak nganterin aku?” Tidak ada jawaban dari Stevan. Stevan terlihat serius mengemudikan mobilnya.
“Van! Kamu dengerin aku gak sih?”
“Aku ikhlas kok. Kenapa sih kamu selalu menanyakan hal yang gak penting?” Jawab Stevan yang sepertinya enggan menjawab pertanyaan Arin.
“Gak penting kamu bilang? Oh, iya.. Aku ngerti kok. Aku sadar emang AKU. ENGGA. AKAN. PERNAH. PENTING. DIMATA. KAMU. Turunin aku sekarang. Ngobrol sama kamu kayak ngobrol sama PATUNG!!”
“Jangan nekat yaa.. Aku engga akan nurunin kamu di sini.” jawab Stevan sambil meraih tangan Arin. Stevan memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Di tatapnya mata Arin yang mulai berkaca – kaca.
“Rin, Please.. Aku sayang sama kamu. Tapi..” Stevan menggantung kalimatnya.
“Tapi apa, Van? Kalau kamu begini terus aku capek. Gini cara kamu menyayangi aku? Aku pacar kamu, Van. Aku bukan pajangan yang selalu kamu diemin.”
“Maafin aku. Aku tau aku salah. Beri aku waktu untuk membuktikan kalo aku beneran sayang sama kamu.” Stevan memeluk Arin erat. Seakan tidak mau kehilangan Arin. Tapi sejujurnya berat bagi Stevan untuk membuktikan rasa sayangnya kepada Arin, karena dia sendiri bingung dengan perasaannya sendiri.
-.-

Need your comment,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar