“Bagus yaa.. Baguuus banget.. Ngapain coba ni air mata keluar lagi. Oke, Stevan ‘dulu’ sahabat gue. Itukan ‘dulu’. Sebelum dia bersikap aneh kaya waktu itu. Sekarang dia bukan siapa – siapa gue lagi. Ngabisin air mata aja nangisin dia yang belum tentu juga sedih karena gue.” Gerutu Fira berusaha menghentikan tangisnya. Tanpa disadari Nathan telah berada di dekatnya sambil menyodorkan sapu tangannya -lagi- kepada Fira.
“Nih.. buat ngapus air mata kamu.” Fira mengambil sapu tangannya.
“Kenapa lagi dia? Minta maaf? Trus kamu maafin?” pertanyaan Nathan tersebut membuat Fira sedikit kaget karena –lagi lagi- Nathan seperti bisa membaca pikirannya. ‘Apakah se’transparan’ itukah dia sampai – sampai Nathan dapat membaca apa yang sedang dia pikirkan?’
“Hm.. Iya tadi dia minta maaf. Tapi engga aku maafin.” Jawab Fira jujur.
“Kenapa? Kan kalian udah berteman lama.”
“Aku bingung, kak. Aku tau aku engga bisa tanpa dia. Aku udah terbiasa sama dia. Aku bingung. Di sisi lain aku masih sakit karena kejadian waktu itu. Di sisi lain aku membutuhkan dia.” Tanpa diperintahkan air mata itu menetes lagi di sepasang mata bening miliknya. Fira menangis dalam dekapan Nathan. Fira dapat mencium aroma parfum dan bau khas Nathan dengan jelas.
“Ikuti kata hatimu, Fir. Dan aku minta kamu tidak menangisi cowok lain di depan aku.” Kata – kata itu. Sebersit perasaan aneh menghinggapi Fira. Perasaan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Perasaan yang membuat pipinya merona merah. Spontan Fira menatap kedua mata bening nan lembut yang sedari tadi mendekapnya. ‘Mulai hari ini aku janji. Tidak akan ada lagi kristal air yang menetes dari sepasang telaga bening milikku.’ Gumam Fira dalam hati.
-.-
Hari ini hari yang paling ditunggu – tunggu oleh anak sekolahan. Ya, hari ini hari Minggu. Dimana anak sekolah dapat mengistirahatkan otak dari pelajaran sekolah. Walaupun hanya sehari, itu sudah bisa membuat mereka merasa lega. Tapi tidak bagi Fira, karena dia harus mengantarkan pesanan kue dari langganan mamanya.
“Mama ngapain sih masih nerima pesanan kue dari orang? Emang Papa kurang ngasih uang bulanan buat Mama? Ma, Papa itu pemilik perusahaan sukses di negeri ini. Bahkan bisnis Papa ini udah lumayan terkenal di luar negeri.” Keluh Fira.
“Ini kan hobi Mama, Fir. Lagian Papa sama Mama udah ngajarin kamu buat hidup sederhana walaupun kita orang yang berada. Papa sama Mama engga mau punya anak yang manja, bergantung pada orangtua terus karena kamu anak kami satu – satunya.” Benar apa yang dikatakan Mama Fira. Mereka dari dulu tidak pernah menghambur – hamburkan uang walaupun Pak Guntoro –Papa Fira- adalah seorang pengusaha sukses. Orangtua Fira telah mengajarkan anaknya untuk tidak bermewah – mewah, berfoya – foya dan semacamnya. Lebih baik uangnya diberikan kepada orang yang berhak, kata mereka.
“Fira, ini anterin buat mamanya Stevan ya”, perintah Mama.
“Haa? Hmm.. Mama aja deh yang nganter itu. Aku nganter ke tempat yang lain aja, Ma”, tolak Fira.
“Lho.. Kok disuruh malah balik nyuruh sih, sayang. Emangnya kenapa? Ada apa kamu sama Stevan? Kalian bertengkar?”, tanya Mama Fira.
“Hmm.. Iya..”, kata Fira pelan. “Mama aja ya”
“Engga bisa, Fir. Mama masih ada tugas lain”
“Hmm.. yaudah deh, Ma. Fira pergi dulu”, pamit Fira.
-.-
Stevan duduk didepan rumahnya sambil memetik gitar kesayangannya. Dia menyanyikan lagu dari idolanya, Sheila On 7.
Dan.. Dan bila esok datang kembali.
Seperti sedia kala dimana kau bisa bercanda dan
Perlahan kau pun lupakan aku
Mimpi burukmu dimana tlah kutancapkan duri tajam
Kau pun menangis, menangis sedih.. Maafkan aku..
-.-
Fira tiba dirumah Stevan. Pada saat itu dia mendengar suara yang tidak asing lagi. Suara lembut itu pernah mengisi hari - hari Fira. Fira berjalan menuju suara itu berasal. ‘Stevan’
“Fira. Ngapain?” tanya Stevan setelah meletakkan gitar dikursi yang ada disebelahnya.
“Cuma mau nganterin pesanan kue nyokap lo. Engga ada maksud lain”, jawab Fira dingin seraya masuk kedalam rumah Stevan.
Stevan mengambil gitarnya kembali. Menyanyikan lagu yang sama. Agar orang yang dimaksudnya mendengarkan isi hatinya lewat lagu yang dia nyanyikan.
Dan bukan maksudku, bukan inginku melukaimu
Sadarkah kau disini ku pun terluka.
Melupakanmu, menepikanmu, maafkan aku.
Stevan berhenti bernyanyi saat Fira keluar dari rumahnya.
“Fir, maafkan gue”, Stevan mencegat tangan Fira.
“Fir, maaf. Maafin gue. Gue tau gue salah. Gue engga maksud gitu”, mohon Stevan.
“Engga maksud gimana? Lo marah – marahin gue didepan orang banyak, lo bilang gak maksud apa – apa!”
“Bukan gitu.”
“Yaudah lah, Stev. Lupain aja.”
“Fira, please. Kasih gue kesempatan kedua buat jadi sobat lo lagi. Gue janji gak akan bikin lo sedih lagi, gue janji gak bakalan marah – marah tanpa sebab sama lo.” Ucap Stevan berusaha meyakinkan Fira.
“Hhh.. Oke, kali ini gue maafin. Gue harap itu bukan sekedar janji dimulut. Gue balik dulu”, Fira beranjak dari rumah Stevan. Tapi Stevan mencegatnya lagi.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?? Tunggu saja cerita selanjutnya.. :D




